Minggu, 01 Juni 2008

DPR dan Kehormatannya

DPR dan Kehormatannya

Oleh: A. Yani Surachman


DPR berkali-kali mengeluhkan kehormatannya yang kerap diusik oleh pihak luar. Beberapa waktu lalu DPR merasa terganggu kehormatannya oleh Slank yang menyanyikan lagu Gosip Jalanan
di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK. Lirik lagu itu mengatakan, “Mau tau gak mafia di Senayan? Kerjanya tukang buat peraturan. Bikin UUD ujung-ujungnya duit”.

DPR merasa lagu itu sebagai fitnah yang ditujukan pada mereka. Liriknya dinilai mencemarkan nama baik DPR sebagai institusi, sehingga menyudutkan kehormatan DPR sebagai rumah rakyat. Sebagai rumah rakyat, seluruh bangsa di negara ini kehormatannya ada di Gedung DPR. Dengan demikian, menyudutkan kehormatan DPR berarti menyakiti kehormatan seluruh bangsa se-Tanah Air.

Belum “dingin” telinga DPR oleh nyanyian Slank, lirik lagu itu mendapatkan momentumnya. Karena, tak lama kemudian salah satu anggota DPR tertangkap tangan menerima suap, meski baru sebatas diduga.

Lirik lagu itu menjadi kisah nyata tatkala anggota DPR tersebut diduga mendapat imbalan berkat hasil jerih payahnya menggolkan undang-undang tentang alih fungsi hutan menjadi komplek perkantoran di Bintan.

Namun, meski tercoreng, DPR tetap bersikukuh kehormatan DPR harus dijunjung oleh siapapun. Tak terkecuali KPK yang berkepentingan mencari bukti-bukti terkait kasus suap yang menimpa salah satu anggotanya. KPK beberapa kali ditolak masuk ke Gedung DPR. Meski pada akhirnya bisa masuk, namun pintu ruangan yang dituju terpaksa harus dijebol karena kunci sempat diganti.

Keadaan itu bisa jadi menimbulkan prasangka, mungkin kata kehormatan digunakan sebagai tameng untuk menghalang-halangi, atau mengulur-ulur waktu agar bukti-bukti bisa dipindahkan terlebih dahulu.

Arti Kehormatan

Kehormatan merupakan sesuatu yang didambakan semua orang. Tak terkecuali siapa, dan bagaimana latar belakang orang itu. Kehormatan akan datang sejalan dengan torehan prestasi yang diraih.

Pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama menjadi warga kehormatan kota Paris, Perancis, sebagai ganjaran atas dedikasinya terhadap masalah kemanusiaan dan perdamaian, yang kebetulan sedang mendapat tekanan dari Pemerintah China.

Di luar masalah sosial atau politik yang multitafsir, pelatih sepak bola asal Belanda Guus Hiddink menjadi warga negara kehormatan Korea Selatan setelah mencetak sejarah membawa tim Negeri Ginseng itu melaju hingga semi final Piala Dunia 2002. Suatu pencapaian tertinggi bagi negara Asia, bahkan lebih tinggi dari negara-negara Afrika yang kualitas sepakbolanya dinilai lebih hebat dibanding Asia.

Kerajaan Inggris menganugerahkan gelar Sir kepada Pelatih Manchester United Alex Ferguson atas prestasinya mengangkat derajat sepakbola Inggris di Eropa dan Dunia. Atas prestasinya itu pula di lingkungan klub berjuluk “Setan Merah” itu, Ferguson sangat dihormati seperti manusia setengah dewa. Bahkan, Otto Rehaggel diangkat jadi dewa sepakbola Yunani setelah sukses membawa Negeri Para Dewa itu menjuarai Piala Eropa 2004.

Setelah diraih, kehormatan harus dijaga. Dalai Lama menjaga kehormatannya dengan tetap sebagai pemimpin spritual bagi rakyat Tibet di manapun. Meski teraniaya, Dalai Lama tak pernah membalas China dengan kekerasan. Ketika dunia menyerukan memboikot Olimpiade Beijing 2008, sebagai balasan akibat aksi kekerasan China di Tibet, Dalai Lama menolaknya dengan menyatakan dukungan terhadap keberlangsungan Olimpiade.

Begitu juga dengan Hiddink, Ferguson, dan Rehaggel. Mereka menjaga kehormatannya dengan terus mencetak prestasi. Hiddink kini sukses membawa Rusia tampil di pentas Piala Eropa 2008. Ferguson kembali membuka peluang Manchester United meraih gelar sepakbola tertinggi di Inggris dan Eropa, Liga Primer dan Liga Champions. Sedangkan Rehaggel, meski bila gagal mempertahankan gelar juara, tetap bisa menjaga kehormatan Yunani sebagai tim yang patut diperhitungkan di tataran Eropa.

Bagi DPR, kehormatan akan datang sendiri tatkala anggota DPR sebagai wakil rakyat memperjuangkan kepentingan rakyat yang diwakilinya. Karena kehormatan yang hakiki itu hasil pemberian, bukan permintaan.

Perilaku-perilaku yang ditunjukkan seluruh anggota dewan kini mudah dilihat oleh rakyat melalui media massa. Masalah di tubuh DPR yang diketahui rakyat bukan hanya satu-dua. Masalah asusila pernah juga menerpa anggota DPR. Sementara masalah-masalah lebih “ringan” banyak sekali jumlahnya. Bolos sidang bisa jadi yang terbanyak. Foto-foto di media massa kerap memuat ruangan kosong melompong tatkala berlangsung persidangan.

Dari apa yang disaksikannya, rakyat bisa menilai kualitas anggota dewan yang mewakilinya. Rakyat, bisa musisi, artis atau seniman, atau siapa saja warga negara Indonesia, akan menentukan pantas tidaknya DPR mendapatkan kehormatan.

Rakyat tentunya berat memberikan kehormatan bila wakilnya di DPR berkhianat dengan mangkir dari sidang yang menentukan nasib rakyat, banyak menuntut tunjangan dan fasilitas untuk pribadi, menerima suap, koruptif, dan perilaku-perilaku lainnya yang bertentangan dengan norma serta hukum.

Sebaliknya, rakyat-lah yang lebih pantas menuntut kehormatannya dipulihkan oleh anggota DPR. ***